Selasa, 04 Oktober 2011

Pinang, Buah Primadona Orang Papua

Larangan di Bandara Sentani
   Saat pertama kali tiba di Bandara Sentani, ane kaget nemuin larangan yang berbunyi "Dilarang makan pinang". Sejenak ane mikir pinang disini adalah pohon yang sering di pake lomba saat peringatan 17-an yaitu panjat pinang. Kan biasanya batang pohon yang digunakan adalah pohon pinang yang dilumuri oli atau sejenisnya yang bikin licin. Trus juga kepikiran pepatah (kalo gini aja, jadi pinter dan hafal pepatah) yang bunyinya 'Bagai pinang dibelah dua'. Tapi semua jadi gak masuk akal setelah baca kata "makan" di peringatan tadi. Apa iya batang pohonnya dimakan ? trus kegunaannya apa makan batang pohon?? Pertanyaan itu terus ada dibenak ane (ane sendiri waktu itu gak tau kalo pohon pinang ada buahnya ^.^).

   Semuanya terjawab setelah keesokannya saat nongkrong di pinggir Pantai Dok II. Waktu itu ane ngeliat ada dua orang asli Papua sedang mengunyah sesuatu di mulutnya. Selang beberapa lama, salah satunya memuntahkan cairan berwarna merah pekat dari mulutnya. Kemudian salah satu yang lain sedang berusaha membuka sesuatu berwarna ijo, mengeluarkan isinya dan memakan isi sesuatu berwarna ijo tersebut dan mengunyah-ngunyahnya seperti teman satunya. Dari situ, ane berpikir bahwa sesuatu ijo tadi adalah buah dari suatu tumbuhan. Dan setelah inget gambar yang di Bandara, sesuatu yang dikeluarkan orang yang di gambar juga berwarna merah, ane langsung nyimpulin kalo semuanya berhubungan. Trus ane narik kesimpulan kalo yang dimaksud 'pinang' di gambar itu bukanlah pohonnya, melainkan buahnya (Ane yg pinter nganalisis ato ane yang telmi dari awal ya ?? hehehe).

   Setelah searching di internet, ane akhirnya tau buah pinang itu kayak apa. Kemudian ane cari tau apakah makan pinang merupakan suatu kebiasaan, kebanggaan, atau tradisi orang sini. Setelah tanya sana sini, ane dapet info dari orang sekitar kalo makan pinang itu seperti merokok bagi orang Papua. Adapun cara mengkonsumsinya adalah dengan membuka kulitnya yang masih muda atau berwarna ijo. Kemudian isinya dimakan dan mengunyahnya tanpa menelannya. Rasanya (katanya sih karna belom nyobain...) adalah agak sepet dan pahit.
  Yang menjadi masalah adalah setelah isi buah pinang dikunyah, maka akan mengeluarkan cairan pekat berwarna merah yang biasanya oleh orang Papua dibuang sembarangan sehingga menimbulkan bercak-bercak merah di jalan-jalan. Wajar saja kalo pihak Bandara Sentani mengeluarkan larangan makan pinang di area bandara karena dapat mengotori lingkungan bandara.

"Makan pinang tidak hanya ada di Papua. Di pulau-pulau lainnya di Indonesia, masyarakatnya juga makan pinang"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar